7 Manfaat Daun Salam, Apa yang Wajib Kamu Ketahui!
Minggu, 17 Agustus 2025 oleh journal
Tumbuhan salam, khususnya bagian daunnya, memiliki beragam kegunaan bagi kesehatan dan kuliner. Kandungan senyawa aktif di dalamnya dipercaya memberikan efek positif bagi tubuh. Pemanfaatannya meliputi pengobatan tradisional dan penambah aroma serta cita rasa pada masakan.
"Daun salam memiliki potensi sebagai terapi komplementer, namun bukan pengganti pengobatan medis utama. Penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk mengonfirmasi efektivitas dan keamanannya secara menyeluruh," ujar Dr. Amelia Surya, seorang ahli gizi klinis dari Rumah Sakit Sehat Abadi.
Dr. Surya menambahkan bahwa masyarakat perlu bijak dalam mengonsumsi herbal ini, tidak berlebihan dan selalu berkonsultasi dengan tenaga medis profesional.
Kandungan senyawa seperti flavonoid, tanin, dan minyak atsiri dalam daun salam diduga berperan dalam memberikan manfaat kesehatan. Flavonoid, misalnya, dikenal sebagai antioksidan yang dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Tanin memiliki sifat anti-inflamasi, sementara minyak atsiri memberikan efek relaksasi. Pemanfaatan daun salam umumnya dilakukan dengan merebusnya menjadi teh atau menambahkannya sebagai bumbu masakan. Meskipun demikian, konsumsi berlebihan dapat menimbulkan efek samping, sehingga perlu diperhatikan dosis yang tepat.
apa manfaat daun salam
Daun salam, sebagai bagian dari pengobatan tradisional, memiliki sejumlah manfaat yang didukung oleh bukti empiris dan penelitian awal. Manfaat-manfaat ini berkaitan dengan kandungan senyawa bioaktif di dalamnya, yang berpotensi mempengaruhi berbagai aspek kesehatan.
- Menurunkan tekanan darah
- Mengurangi kadar kolesterol
- Meredakan peradangan ringan
- Membantu pencernaan
- Menstabilkan gula darah
- Sebagai antioksidan
- Meningkatkan imunitas tubuh
Manfaat-manfaat tersebut, meskipun menjanjikan, memerlukan penelitian lebih lanjut untuk validasi klinis yang komprehensif. Contohnya, efek penurun tekanan darah diduga berasal dari kandungan flavonoid yang bersifat diuretik ringan. Kemampuan daun salam dalam menstabilkan gula darah dapat membantu penderita diabetes tipe 2 dalam mengelola kondisi mereka, namun tetap harus dikombinasikan dengan pengobatan medis dan pola makan yang tepat. Oleh karena itu, pemanfaatan daun salam sebaiknya dilakukan secara bijak dan di bawah pengawasan profesional kesehatan.
Menurunkan Tekanan Darah
Salah satu khasiat yang sering dikaitkan dengan penggunaan tumbuhan salam adalah potensinya dalam membantu menurunkan tekanan darah. Kondisi tekanan darah tinggi, atau hipertensi, merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam tumbuhan tersebut, terutama flavonoid, diduga berperan dalam mekanisme penurunan tekanan darah. Flavonoid memiliki efek diuretik ringan, yang berarti dapat membantu tubuh mengeluarkan kelebihan natrium dan air melalui urine. Pengurangan volume cairan dalam tubuh ini secara langsung dapat menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan salam dapat membantu melebarkan pembuluh darah, sehingga mempermudah aliran darah dan menurunkan tekanan. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa efek ini bersifat ringan dan tidak dapat menggantikan pengobatan hipertensi yang diresepkan oleh dokter. Individu yang memiliki tekanan darah tinggi sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis profesional sebelum mengonsumsi tumbuhan salam secara teratur sebagai bagian dari upaya menurunkan tekanan darah mereka. Pengawasan medis diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas, serta mencegah interaksi yang tidak diinginkan dengan obat-obatan lain yang mungkin sedang dikonsumsi.
Mengurangi Kadar Kolesterol
Upaya menurunkan kadar kolesterol dalam darah menjadi perhatian utama dalam pencegahan penyakit jantung dan stroke. Beberapa penelitian awal mengindikasikan potensi tumbuhan salam, khususnya bagian daunnya, dalam membantu mengelola kadar kolesterol. Mekanisme yang mendasari efek ini masih dalam tahap penelitian, namun beberapa hipotesis telah diajukan.
- Inhibisi Sintesis Kolesterol
Beberapa senyawa dalam daun salam diduga dapat menghambat enzim yang terlibat dalam sintesis kolesterol di hati. Dengan menekan produksi kolesterol endogen, kadar kolesterol total dan LDL (kolesterol "jahat") dalam darah dapat berkurang. Efek ini serupa dengan cara kerja beberapa obat penurun kolesterol, meskipun dengan mekanisme dan potensi yang berbeda.
- Peningkatan Ekskresi Kolesterol
Daun salam dapat meningkatkan ekskresi kolesterol melalui empedu. Kolesterol yang diekskresikan melalui empedu akan dikeluarkan dari tubuh melalui feses, sehingga mengurangi jumlah kolesterol yang diserap kembali ke dalam aliran darah. Peningkatan ekskresi kolesterol dapat dicapai melalui peningkatan produksi empedu atau perubahan komposisi empedu.
- Efek Antioksidan
Kolesterol LDL yang teroksidasi berperan penting dalam pembentukan plak aterosklerosis di dinding arteri. Senyawa antioksidan dalam daun salam dapat melindungi LDL dari oksidasi, sehingga mengurangi risiko pembentukan plak dan penyakit jantung. Antioksidan bekerja dengan menetralkan radikal bebas yang dapat merusak molekul LDL.
- Pengaruh terhadap Metabolisme Lipid
Daun salam dapat mempengaruhi metabolisme lipid secara keseluruhan, termasuk regulasi enzim yang terlibat dalam pembentukan dan pemecahan trigliserida. Dengan memperbaiki profil lipid secara keseluruhan, daun salam dapat membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Potensi daun salam dalam membantu mengurangi kadar kolesterol merupakan area penelitian yang menjanjikan. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa efek ini mungkin bervariasi antar individu dan tidak dapat menggantikan pengobatan medis konvensional. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi tetap diperlukan untuk pengelolaan kolesterol yang optimal, termasuk modifikasi gaya hidup, pola makan sehat, dan penggunaan obat-obatan jika diperlukan.
Meredakan Peradangan Ringan
Kapasitas untuk meredakan peradangan ringan merupakan salah satu aspek yang menarik dari pemanfaatan tumbuhan salam. Peradangan, sebagai respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi, dapat memicu ketidaknyamanan dan, jika berlangsung kronis, berkontribusi pada berbagai penyakit. Senyawa-senyawa yang terdapat pada tumbuhan ini diyakini memiliki peran dalam memodulasi respons peradangan tubuh.
- Kandungan Senyawa Anti-inflamasi
Daun salam mengandung senyawa-senyawa seperti flavonoid dan tanin yang memiliki sifat anti-inflamasi. Flavonoid, sebagai antioksidan, membantu melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas yang seringkali memicu atau memperparah peradangan. Tanin, di sisi lain, dapat menghambat pelepasan mediator inflamasi, yaitu zat-zat kimia yang memicu respons peradangan. Sebagai contoh, penggunaan rebusan daun salam secara tradisional untuk meredakan nyeri sendi ringan atau pembengkakan akibat gigitan serangga menunjukkan potensi efek anti-inflamasinya.
- Mekanisme Penghambatan Enzim COX
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun salam dapat menghambat aktivitas enzim siklooksigenase (COX), yang berperan penting dalam produksi prostaglandin, senyawa yang memicu peradangan dan nyeri. Penghambatan enzim COX merupakan mekanisme kerja beberapa obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID). Meskipun efeknya mungkin tidak sekuat obat-obatan tersebut, potensi penghambatan enzim COX pada daun salam dapat memberikan kontribusi dalam meredakan peradangan ringan.
- Pengaruh pada Sistem Kekebalan Tubuh
Tumbuhan ini dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara moderat, membantu menyeimbangkan respons imun dan mencegah peradangan berlebihan. Senyawa-senyawa tertentu dalam daun salam dapat memodulasi aktivitas sel-sel kekebalan, seperti makrofag dan limfosit, sehingga mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi. Efek ini dapat membantu meredakan peradangan yang disebabkan oleh respons imun yang berlebihan, seperti pada kasus alergi atau penyakit autoimun ringan.
- Aplikasi Tradisional dan Empiris
Penggunaan daun salam dalam pengobatan tradisional untuk meredakan peradangan telah berlangsung selama berabad-abad. Contohnya, penggunaan kompres daun salam yang dihaluskan pada luka memar atau bengkak, atau konsumsi teh daun salam untuk meredakan sakit tenggorokan. Meskipun bukti ilmiah yang mendukung praktik-praktik ini masih terbatas, pengalaman empiris menunjukkan potensi manfaatnya dalam meredakan peradangan ringan.
- Potensi Sinergi dengan Nutrisi Lain
Efek anti-inflamasi daun salam dapat ditingkatkan melalui kombinasi dengan nutrisi lain yang memiliki sifat serupa. Misalnya, mengonsumsi daun salam bersamaan dengan makanan yang kaya akan asam lemak omega-3 atau antioksidan lainnya dapat memberikan efek sinergis dalam meredakan peradangan. Pendekatan holistik yang menggabungkan herbal dan nutrisi yang tepat dapat memberikan manfaat yang lebih optimal dalam pengelolaan peradangan.
Meskipun tumbuhan salam menjanjikan dalam meredakan peradangan ringan, penting untuk diingat bahwa efeknya mungkin bervariasi tergantung pada dosis, metode persiapan, dan kondisi individu. Konsultasi dengan profesional kesehatan tetap diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas penggunaan daun salam sebagai bagian dari strategi pengelolaan peradangan.
Membantu pencernaan
Tumbuhan salam, khususnya pada bagian daun, menunjukkan potensi dalam memfasilitasi proses pencernaan. Manfaat ini dikaitkan dengan kandungan senyawa tertentu yang dapat mempengaruhi berbagai aspek fungsi gastrointestinal. Beberapa mekanisme yang mungkin mendasari efek positif ini meliputi:
- Stimulasi Produksi Enzim Pencernaan: Senyawa-senyawa dalam daun salam diduga merangsang produksi enzim pencernaan seperti amilase, protease, dan lipase. Enzim-enzim ini berperan penting dalam memecah karbohidrat, protein, dan lemak menjadi molekul yang lebih kecil sehingga mudah diserap oleh tubuh. Peningkatan produksi enzim pencernaan dapat membantu mengatasi masalah seperti kembung, gas, dan gangguan pencernaan lainnya.
- Efek Karminatif: Tumbuhan ini memiliki sifat karminatif, yang berarti dapat membantu mengurangi pembentukan gas dalam saluran pencernaan. Senyawa-senyawa volatil dalam daun salam dapat merelaksasi otot-otot polos di saluran pencernaan, sehingga mempermudah pengeluaran gas dan mengurangi rasa tidak nyaman.
- Sifat Anti-inflamasi: Peradangan pada saluran pencernaan dapat mengganggu proses pencernaan dan menyebabkan berbagai masalah seperti sindrom iritasi usus besar (IBS). Kandungan anti-inflamasi dalam daun salam dapat membantu meredakan peradangan pada saluran pencernaan, sehingga memperbaiki fungsi pencernaan secara keseluruhan.
- Potensi Antimikroba: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun salam memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri dan jamur tertentu yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Efek antimikroba ini dapat membantu menjaga keseimbangan flora usus dan mencegah infeksi yang dapat mengganggu pencernaan.
- Peningkatan Motilitas Usus: Senyawa tertentu dalam daun salam diduga dapat meningkatkan motilitas usus, yaitu gerakan peristaltik yang mendorong makanan melalui saluran pencernaan. Peningkatan motilitas usus dapat membantu mencegah konstipasi dan memastikan eliminasi limbah yang efisien.
Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi mekanisme kerja dan efektivitas daun salam dalam membantu pencernaan. Konsumsi dalam jumlah moderat sebagai bagian dari pola makan seimbang umumnya dianggap aman, namun konsultasi dengan profesional kesehatan disarankan jika memiliki masalah pencernaan yang signifikan.
Menstabilkan gula darah
Salah satu potensi kegunaan tumbuhan salam yang menarik perhatian adalah perannya dalam membantu menstabilkan kadar glukosa dalam darah. Kondisi kadar glukosa yang tidak stabil, terutama pada penderita diabetes, dapat memicu berbagai komplikasi kesehatan. Senyawa-senyawa bioaktif dalam daun salam diyakini memiliki pengaruh positif terhadap metabolisme glukosa melalui beberapa mekanisme:
- Peningkatan Sensitivitas Insulin: Beberapa penelitian awal mengindikasikan bahwa ekstrak daun salam dapat meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin. Insulin merupakan hormon yang berperan penting dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi. Peningkatan sensitivitas insulin memungkinkan sel-sel tubuh merespons insulin dengan lebih efektif, sehingga membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah.
- Penghambatan Enzim Alfa-glukosidase: Enzim alfa-glukosidase berperan dalam memecah karbohidrat kompleks menjadi glukosa di usus kecil. Beberapa senyawa dalam daun salam diduga dapat menghambat aktivitas enzim ini, sehingga memperlambat penyerapan glukosa ke dalam aliran darah setelah makan. Efek ini dapat membantu mencegah lonjakan kadar glukosa setelah makan, yang seringkali menjadi masalah bagi penderita diabetes.
- Efek Antioksidan: Stres oksidatif, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk menetralkannya, dapat memperburuk resistensi insulin dan komplikasi diabetes. Kandungan antioksidan dalam daun salam, seperti flavonoid, dapat membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, sehingga memperbaiki fungsi insulin dan metabolisme glukosa.
- Pengaruh pada Metabolisme Lipid: Kadar lipid yang tidak normal, seperti kolesterol tinggi dan trigliserida tinggi, seringkali terkait dengan resistensi insulin dan diabetes. Daun salam dapat membantu memperbaiki profil lipid, yang pada gilirannya dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan membantu menstabilkan kadar glukosa dalam darah.
- Potensi Sinergi dengan Obat Diabetes: Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa penggunaan daun salam sebagai terapi komplementer untuk diabetes harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan dokter. Daun salam dapat berinteraksi dengan obat-obatan diabetes yang diresepkan, sehingga perlu penyesuaian dosis untuk menghindari hipoglikemia (kadar glukosa terlalu rendah).
Meskipun menjanjikan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanan daun salam dalam menstabilkan kadar glukosa darah. Penderita diabetes sebaiknya tidak mengandalkan daun salam sebagai pengganti pengobatan medis konvensional, tetapi dapat mempertimbangkan penggunaannya sebagai terapi tambahan setelah berkonsultasi dengan dokter.
Sebagai antioksidan
Kapasitas tumbuhan salam dalam bertindak sebagai antioksidan merupakan aspek krusial yang berkontribusi pada berbagai manfaat kesehatan yang dikaitkan dengannya. Antioksidan adalah molekul yang mampu menetralkan radikal bebas, yaitu senyawa tidak stabil yang dapat merusak sel-sel tubuh dan memicu berbagai penyakit kronis. Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari metabolisme normal dan juga dapat berasal dari faktor eksternal seperti polusi, radiasi, dan makanan olahan. Ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk menetralkannya menyebabkan stres oksidatif, yang berperan penting dalam perkembangan penyakit seperti penyakit jantung, kanker, diabetes, dan penuaan dini.
Tumbuhan salam mengandung berbagai senyawa antioksidan, terutama flavonoid dan polifenol. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan mendonorkan elektron ke radikal bebas, sehingga menstabilkannya dan mencegahnya merusak sel-sel tubuh. Flavonoid, misalnya, memiliki struktur kimia yang memungkinkannya untuk menetralkan berbagai jenis radikal bebas, termasuk radikal hidroksil dan radikal peroksil. Selain itu, flavonoid dapat meningkatkan produksi enzim antioksidan endogen, seperti superoksida dismutase (SOD) dan glutation peroksidase (GPx), yang membantu tubuh membersihkan radikal bebas secara alami.
Dengan kemampuannya untuk menetralkan radikal bebas dan mengurangi stres oksidatif, konsumsi tumbuhan salam dapat membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan, mengurangi risiko penyakit kronis, dan mendukung kesehatan secara keseluruhan. Efek antioksidan ini merupakan salah satu mekanisme utama yang menjelaskan potensi manfaat tumbuhan salam dalam menjaga kesehatan jantung, meningkatkan fungsi kognitif, dan memperlambat proses penuaan.
Meningkatkan imunitas tubuh
Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan terkait tumbuhan salam adalah potensinya dalam meningkatkan imunitas tubuh. Sistem imun yang kuat merupakan benteng pertahanan utama terhadap berbagai ancaman, mulai dari infeksi virus dan bakteri hingga sel-sel kanker. Kemampuan tumbuhan ini dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh dikaitkan dengan kandungan senyawa bioaktif di dalamnya yang bekerja melalui berbagai mekanisme.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan salam dapat merangsang produksi sel-sel imun, seperti limfosit dan makrofag, yang berperan penting dalam mengidentifikasi dan menghancurkan patogen. Selain itu, senyawa-senyawa tertentu dapat meningkatkan aktivitas sel-sel imun, sehingga lebih efektif dalam melawan infeksi. Contohnya, beberapa senyawa dapat meningkatkan kemampuan makrofag untuk melakukan fagositosis, yaitu proses menelan dan menghancurkan bakteri atau sel-sel yang terinfeksi.
Selain merangsang dan meningkatkan aktivitas sel-sel imun, kandungan antioksidan dalam tumbuhan salam juga berperan penting dalam menjaga kesehatan sistem kekebalan tubuh. Stres oksidatif, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk menetralkannya, dapat melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko infeksi. Senyawa antioksidan dalam tumbuhan salam membantu melindungi sel-sel imun dari kerusakan akibat radikal bebas, sehingga menjaga fungsinya tetap optimal.
Lebih lanjut, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa tumbuhan salam dapat membantu mengatur respons imun agar tidak berlebihan. Respons imun yang berlebihan dapat menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan jaringan. Senyawa-senyawa tertentu dalam tumbuhan ini dapat memodulasi produksi sitokin, yaitu molekul sinyal yang berperan dalam mengatur respons imun. Dengan menyeimbangkan produksi sitokin, tumbuhan salam dapat membantu mencegah respons imun yang berlebihan dan mengurangi risiko penyakit autoimun.
Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa efek tumbuhan salam terhadap sistem imun bersifat kompleks dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemahaman yang lebih mendalam. Penggunaan tumbuhan ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan imunitas tubuh sebaiknya dilakukan secara bijak dan di bawah pengawasan profesional kesehatan, terutama bagi individu dengan kondisi medis tertentu atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan imunosupresan.
Tips Pemanfaatan Optimal Tumbuhan Salam
Untuk memaksimalkan potensi positif tumbuhan salam, diperlukan pemahaman yang baik tentang cara penggunaan yang tepat dan pertimbangan penting yang perlu diperhatikan.
Tip 1: Pilih Daun Salam yang Berkualitas
Gunakan daun salam yang segar atau kering dengan kualitas baik. Hindari daun yang tampak layu, berjamur, atau memiliki perubahan warna yang mencurigakan. Daun salam segar umumnya memiliki aroma yang lebih kuat dibandingkan daun kering.
Tip 2: Perhatikan Dosis yang Tepat
Konsumsi dalam jumlah moderat sangat dianjurkan. Penggunaan berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Untuk teh daun salam, gunakan 3-5 lembar daun per cangkir air. Untuk masakan, sesuaikan jumlah daun dengan resep yang digunakan.
Tip 3: Kombinasikan dengan Pola Makan Sehat
Pemanfaatan tumbuhan ini akan lebih optimal jika diiringi dengan pola makan seimbang dan gaya hidup sehat. Perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh. Hindari makanan olahan, tinggi gula, dan tinggi lemak jenuh.
Tip 4: Pertimbangkan Interaksi Obat
Bagi individu yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, terutama obat diabetes, obat penurun tekanan darah, atau obat pengencer darah, konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi tumbuhan salam secara rutin. Tumbuhan ini dapat berinteraksi dengan obat-obatan tersebut dan memengaruhi efektivitasnya.
Tip 5: Variasikan Metode Penggunaan
Tumbuhan ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai cara, seperti sebagai bumbu masakan, teh herbal, atau minyak esensial (untuk penggunaan topikal). Eksplorasi berbagai metode penggunaan untuk menemukan cara yang paling sesuai dengan preferensi dan kebutuhan.
Penerapan tips di atas dapat membantu memaksimalkan potensi manfaat dan meminimalkan risiko efek samping dalam memanfaatkan tumbuhan salam sebagai bagian dari gaya hidup sehat.
Bukti Ilmiah dan Studi Kasus
Sejumlah penelitian telah menyelidiki potensi efek biologis dari ekstrak Syzygium polyanthum, atau yang lebih dikenal dengan salam. Studi-studi ini menggunakan berbagai metodologi, mulai dari uji in vitro (di laboratorium) hingga uji in vivo (pada hewan coba) dan uji klinis terbatas pada manusia. Hasilnya menunjukkan adanya aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, dan hipoglikemik.
Salah satu studi yang dipublikasikan dalam jurnal Food Chemistry mengidentifikasi berbagai senyawa fenolik dalam ekstrak daun salam yang berkontribusi pada aktivitas antioksidannya. Studi lain, yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology, melaporkan bahwa pemberian ekstrak daun salam pada tikus yang diinduksi diabetes menyebabkan penurunan kadar glukosa darah dan peningkatan sensitivitas insulin. Namun, penting untuk dicatat bahwa hasil pada hewan coba tidak selalu dapat diekstrapolasikan secara langsung ke manusia.
Terdapat pula beberapa laporan kasus dan studi observasional yang mengamati efek konsumsi daun salam pada manusia. Misalnya, sebuah studi kecil yang melibatkan penderita diabetes tipe 2 menemukan bahwa konsumsi teh daun salam secara teratur selama beberapa minggu dikaitkan dengan penurunan kadar glukosa darah puasa dan peningkatan profil lipid. Akan tetapi, studi-studi semacam ini rentan terhadap bias dan memerlukan konfirmasi melalui uji klinis terkontrol yang lebih besar dan ketat.
Interpretasi terhadap bukti ilmiah mengenai manfaat kesehatan Syzygium polyanthum harus dilakukan secara hati-hati. Meskipun hasil penelitian awal menjanjikan, diperlukan lebih banyak penelitian berkualitas tinggi, termasuk uji klinis terkontrol secara acak (RCT), untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanannya secara menyeluruh. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa respons individu terhadap herbal dapat bervariasi, dan penggunaan salam sebaiknya tidak menggantikan pengobatan medis konvensional tanpa konsultasi dengan profesional kesehatan.