7 Manfaat Buah Bidara dalam Islam yang Bikin Penasaran!
Sabtu, 2 Agustus 2025 oleh journal
Pohon bidara, dikenal juga dengan nama Ziziphus mauritiana, memiliki buah yang diyakini memiliki sejumlah khasiat dalam tradisi Islam. Keyakinan ini bersumber dari berbagai riwayat dan praktik yang berkaitan dengan pengobatan dan ritual tertentu. Kegunaan buah ini mencakup aspek kesehatan fisik dan spiritual, seringkali dikaitkan dengan kebersihan dan perlindungan diri dari gangguan negatif.
Buah dari pohon bidara, yang dikenal luas dalam tradisi Islam, telah menarik perhatian terkait potensi manfaat kesehatannya. Meskipun secara tradisional digunakan dalam berbagai praktik, bukti ilmiah yang kuat masih terbatas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi klaim-klaim yang beredar.
Menurut Dr. Amelia Rahmawati, seorang ahli gizi klinis, "Ekstrak buah bidara menunjukkan aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi dalam studi laboratorium. Senyawa seperti flavonoid dan saponin yang terkandung di dalamnya berpotensi melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas dan meredakan peradangan. Namun, penting untuk diingat bahwa efek ini belum sepenuhnya teruji pada manusia dalam skala besar. Konsumsi buah bidara sebagai bagian dari diet seimbang mungkin bermanfaat, tetapi tidak boleh menggantikan pengobatan medis yang terbukti efektif."
Lebih lanjut, Dr. Rahmawati menambahkan, "Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum mengonsumsi suplemen atau produk herbal berbasis bidara, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan. Dosis yang aman dan efektif juga perlu diperhatikan untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan."
Senyawa aktif dalam buah ini, seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid, telah diidentifikasi memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan antimikroba. Antioksidan membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif, sementara senyawa anti-inflamasi dapat membantu meredakan peradangan. Beberapa penelitian awal juga menunjukkan potensi efek antimikroba terhadap bakteri tertentu. Penggunaan tradisional sering melibatkan konsumsi buah segar, jus, atau rebusan daun dan kulit kayu. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan dosis yang optimal dan efek jangka panjangnya.
Manfaat Buah Bidara dalam Islam
Buah bidara memiliki peran penting dalam tradisi Islam, diyakini membawa sejumlah manfaat yang mencakup aspek spiritual dan kesehatan. Berikut adalah beberapa manfaat utama yang sering dikaitkan dengannya:
- Pembersihan spiritual
- Pengobatan gangguan 'ain
- Menolak sihir
- Menenangkan jiwa
- Penyembuhan luka
- Kesehatan kulit
- Memperkuat daya tahan tubuh
Keyakinan akan khasiat buah bidara, seperti dalam membersihkan spiritual dan menolak sihir, berasal dari praktik dan riwayat tertentu. Penggunaannya dalam pengobatan luka dan kesehatan kulit juga didasarkan pada pengalaman tradisional. Walaupun penelitian ilmiah masih terbatas, manfaat-manfaat ini tetap relevan dalam konteks kepercayaan dan praktik Islam, serta nilai budayanya.
Pembersihan Spiritual
Dalam tradisi Islam, pembersihan spiritual merupakan aspek penting dalam menjaga kesucian diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Penggunaan buah bidara dalam konteks ini dikaitkan dengan upaya untuk menghilangkan pengaruh negatif dan mencapai kondisi spiritual yang lebih baik.
- Ruqyah dan Pengobatan 'Ain
Buah bidara sering digunakan dalam proses ruqyah, yaitu metode penyembuhan yang dilakukan dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan doa-doa. Diyakini bahwa buah bidara memiliki khasiat untuk menangkal 'ain (pandangan mata jahat) dan gangguan spiritual lainnya. Air yang dicampur dengan daun bidara yang telah ditumbuk digunakan untuk mandi atau diminum oleh orang yang terkena 'ain.
- Pengobatan Sihir
Beberapa tradisi meyakini bahwa buah dan daun bidara dapat digunakan sebagai sarana untuk menghilangkan pengaruh sihir. Praktik ini melibatkan penggunaan air yang dicampur dengan bidara untuk mandi atau diminum, disertai dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an. Keyakinan ini didasarkan pada riwayat dan interpretasi tertentu dalam ajaran Islam.
- Pembersihan Diri dari Dosa
Secara simbolis, penggunaan bidara dalam mandi atau wudhu dapat diartikan sebagai upaya membersihkan diri dari dosa-dosa kecil dan kesalahan. Hal ini mencerminkan niat untuk kembali kepada kesucian dan kebersihan spiritual, serta memohon ampunan kepada Allah.
- Menciptakan Ketenangan Batin
Penggunaan bidara dalam praktik spiritual tertentu diyakini dapat membantu menciptakan ketenangan batin dan menghilangkan perasaan cemas atau gelisah. Hal ini berkaitan dengan keyakinan bahwa bidara memiliki energi positif yang dapat menenangkan jiwa dan pikiran.
Meskipun praktik penggunaan buah bidara untuk pembersihan spiritual didasarkan pada keyakinan dan tradisi tertentu, penting untuk diingat bahwa efektivitasnya belum sepenuhnya terbukti secara ilmiah. Namun, nilai-nilai spiritual dan psikologis yang terkandung dalam praktik ini tetap relevan bagi banyak Muslim, terutama dalam upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai kedamaian batin.
Pengobatan gangguan 'ain
Praktik pengobatan gangguan 'ain, atau pandangan mata jahat, merupakan bagian dari tradisi Islam yang meyakini bahwa tatapan seseorang dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang lain. Dalam upaya menangkal atau menyembuhkan gangguan ini, buah bidara seringkali digunakan sebagai salah satu sarana yang diyakini memiliki khasiat tertentu.
- Penggunaan Air Bidara dalam Mandi dan Minuman
Salah satu cara yang umum dilakukan adalah dengan mencampurkan air dengan daun bidara yang telah ditumbuk atau direbus. Air ini kemudian digunakan untuk mandi atau diminum oleh individu yang diduga terkena 'ain. Diyakini bahwa kandungan dalam bidara dapat menetralkan energi negatif yang ditimbulkan oleh pandangan mata jahat.
- Kombinasi dengan Ruqyah
Penggunaan bidara seringkali dikombinasikan dengan ruqyah, yaitu pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an dan doa-doa tertentu. Air bidara digunakan sebagai media, sementara ayat-ayat suci dibacakan untuk memohon perlindungan dan kesembuhan dari Allah SWT. Kombinasi ini diyakini dapat meningkatkan efektivitas pengobatan.
- Dasar Keyakinan dalam Hadis dan Tradisi
Keyakinan akan khasiat bidara dalam pengobatan 'ain didasarkan pada beberapa hadis dan tradisi yang menyebutkan tentang manfaat tumbuhan ini. Meskipun tidak ada dalil yang secara eksplisit menyebutkan penggunaan bidara untuk 'ain, interpretasi dan analogi dari sumber-sumber Islam menjadi dasar bagi praktik ini.
- Sebagai Upaya Preventif
Selain digunakan sebagai pengobatan, bidara juga diyakini dapat digunakan sebagai upaya preventif untuk mencegah terjadinya 'ain. Beberapa orang menggunakan bidara sebagai pelindung diri dengan cara membawanya dalam bentuk daun atau ranting, atau dengan mengoleskan air bidara pada tubuh.
Penggunaan buah bidara dalam pengobatan gangguan 'ain mencerminkan integrasi antara keyakinan spiritual dan praktik pengobatan tradisional dalam masyarakat Muslim. Meskipun efektivitasnya belum sepenuhnya didukung oleh bukti ilmiah modern, praktik ini tetap dijalankan sebagai bagian dari upaya mencari kesembuhan dan perlindungan diri sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.
Menolak Sihir
Dalam kepercayaan sebagian masyarakat Muslim, buah bidara memiliki peran dalam menangkal atau menolak sihir. Keyakinan ini berakar dari tradisi dan interpretasi tertentu dalam ajaran Islam, di mana buah bidara dianggap memiliki khasiat untuk melawan energi negatif dan pengaruh buruk yang diakibatkan oleh praktik sihir. Praktik terkait penggunaan bidara sebagai penangkal sihir adalah bagian dari upaya perlindungan diri dan spiritual yang mendalam.
- Penggunaan Air Rebusan Bidara
Salah satu cara yang umum dilakukan adalah dengan merebus daun bidara dan menggunakan air rebusannya untuk mandi atau diminum. Air rebusan ini diyakini memiliki kemampuan untuk membersihkan diri dari pengaruh sihir yang mungkin menempel pada tubuh atau jiwa seseorang. Proses ini seringkali disertai dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an sebagai bentuk permohonan perlindungan kepada Allah.
- Kombinasi dengan Ruqyah Syar'iyyah
Praktik penolakan sihir dengan bidara seringkali diintegrasikan dengan ruqyah syar'iyyah, yaitu metode penyembuhan yang sesuai dengan syariat Islam. Dalam hal ini, air bidara digunakan sebagai media, sementara seorang peruqyah membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan doa-doa perlindungan. Kombinasi ini diyakini dapat memperkuat efek penolakan terhadap sihir dan gangguan jin.
- Dasar Keyakinan pada Sunnah Nabi
Keyakinan akan khasiat bidara dalam menolak sihir sebagian didasarkan pada beberapa riwayat hadis yang menyebutkan tentang manfaat bidara dalam pengobatan dan perlindungan. Meskipun tidak ada hadis yang secara eksplisit menyebutkan penggunaan bidara untuk menolak sihir, interpretasi dan analogi dari riwayat-riwayat tersebut menjadi dasar bagi praktik ini.
- Penggunaan Daun Bidara yang Dikeringkan
Selain air rebusan, daun bidara yang telah dikeringkan juga sering digunakan sebagai penangkal sihir. Daun kering ini dapat disimpan di dalam rumah, dibawa sebagai jimat, atau dibakar sebagai dupa dengan harapan dapat melindungi penghuni rumah dari gangguan sihir dan energi negatif.
- Pentingnya Niat dan Tawakal kepada Allah
Dalam semua praktik penggunaan bidara untuk menolak sihir, niat yang tulus dan tawakal (berserah diri) kepada Allah merupakan hal yang sangat penting. Diyakini bahwa khasiat bidara hanya akan efektif jika disertai dengan keyakinan yang kuat kepada Allah dan permohonan perlindungan hanya kepada-Nya.
Meskipun praktik penggunaan bidara dalam menolak sihir merupakan bagian dari tradisi dan kepercayaan masyarakat Muslim, penting untuk diingat bahwa efektivitasnya belum sepenuhnya didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Namun, praktik ini tetap dijalankan sebagai bagian dari upaya mencari perlindungan dan kesembuhan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini, serta memperkuat dimensi spiritual dalam menghadapi tantangan hidup.
Menenangkan Jiwa
Dalam tradisi Islam, ketenangan jiwa dipandang sebagai salah satu tujuan utama dalam kehidupan seorang Muslim. Keadaan batin yang tenteram dan damai memungkinkan seseorang untuk lebih fokus dalam beribadah, berinteraksi dengan sesama, dan menghadapi berbagai tantangan hidup. Dalam konteks ini, terdapat keyakinan bahwa elemen-elemen alam, termasuk buah bidara, dapat berperan dalam mencapai ketenangan tersebut.
Kaitan antara buah bidara dan ketenangan jiwa berakar pada beberapa aspek. Pertama, praktik penggunaan bidara dalam ritual pembersihan diri, seperti mandi atau wudhu dengan air yang dicampur daun bidara, diyakini dapat menghilangkan energi negatif dan gangguan spiritual yang dapat memicu perasaan cemas atau gelisah. Proses ini tidak hanya membersihkan fisik, tetapi juga diharapkan dapat memberikan efek menenangkan pada jiwa.
Kedua, aroma dan rasa buah bidara yang khas dapat memberikan efek relaksasi dan kenyamanan. Beberapa orang meyakini bahwa mengonsumsi buah bidara atau menghirup aromanya dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Efek ini mungkin berkaitan dengan kandungan senyawa tertentu dalam buah bidara yang memiliki sifat menenangkan.
Ketiga, penggunaan bidara dalam pengobatan tradisional seringkali dikaitkan dengan penyembuhan penyakit yang berhubungan dengan stres dan kecemasan. Beberapa praktisi pengobatan herbal meyakini bahwa ekstrak bidara dapat membantu menyeimbangkan sistem saraf dan mengurangi gejala gangguan mental. Meskipun bukti ilmiah mengenai hal ini masih terbatas, kepercayaan ini tetap relevan dalam beberapa komunitas Muslim.
Namun, penting untuk diingat bahwa peran buah bidara dalam menenangkan jiwa lebih bersifat komplementer dan simbolis. Ketenangan jiwa sejati hanya dapat dicapai melalui kedekatan dengan Allah, ibadah yang khusyuk, dan praktik-praktik spiritual lainnya. Buah bidara dapat menjadi salah satu sarana untuk mendukung upaya tersebut, tetapi tidak dapat menggantikan peran utama iman dan amal saleh.
Penyembuhan Luka
Dalam tradisi Islam, upaya penyembuhan luka, baik fisik maupun spiritual, memiliki nilai penting. Beberapa praktik pengobatan tradisional memanfaatkan bahan-bahan alami yang diyakini memiliki khasiat penyembuhan, dan buah bidara termasuk di antaranya. Keyakinan akan kemampuan buah ini dalam mempercepat pemulihan luka didasarkan pada pengalaman empiris dan interpretasi terhadap sumber-sumber ajaran Islam.
- Penggunaan Tradisional dalam Pengobatan Luka
Dalam berbagai budaya Muslim, daun dan buah bidara telah lama digunakan untuk mengobati luka ringan, seperti luka gores, luka bakar kecil, dan lecet. Daun bidara biasanya ditumbuk halus dan ditempelkan pada luka sebagai obat luar. Diyakini bahwa kandungan senyawa dalam bidara dapat membantu mempercepat proses penyembuhan dan mencegah infeksi.
- Potensi Efek Antimikroba dan Anti-inflamasi
Penelitian awal menunjukkan bahwa ekstrak bidara memiliki sifat antimikroba dan anti-inflamasi. Sifat antimikroba dapat membantu melawan bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi pada luka, sementara sifat anti-inflamasi dapat membantu mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efek ini pada manusia.
- Simbolisme Penyembuhan dalam Islam
Selain khasiat fisik, penggunaan bidara dalam penyembuhan luka juga dapat memiliki makna simbolis dalam Islam. Tindakan mengobati luka dengan bahan alami seperti bidara dapat dianggap sebagai bentuk tawakal (berserah diri) kepada Allah dan upaya mencari kesembuhan melalui karunia-Nya. Proses penyembuhan luka juga dapat menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kesehatan dan merawat tubuh sebagai amanah dari Allah.
- Pentingnya Konsultasi dengan Profesional Medis
Meskipun penggunaan bidara dalam penyembuhan luka memiliki akar tradisi yang kuat, penting untuk diingat bahwa praktik ini tidak boleh menggantikan perawatan medis yang profesional. Luka yang serius atau terinfeksi harus diperiksakan dan diobati oleh dokter atau tenaga medis yang . Penggunaan bidara dapat dianggap sebagai terapi komplementer, namun tidak boleh menjadi satu-satunya andalan dalam penyembuhan luka.
Penggunaan buah bidara dalam penyembuhan luka mencerminkan integrasi antara pengetahuan tradisional dan nilai-nilai spiritual dalam masyarakat Muslim. Keyakinan akan khasiat alami buah ini, dikombinasikan dengan niat yang tulus dan tawakal kepada Allah, menjadi landasan bagi praktik pengobatan luka yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun penelitian ilmiah lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitasnya, tradisi ini tetap relevan dalam konteks budaya dan kepercayaan Islam.
Kesehatan Kulit
Kesehatan kulit merupakan aspek penting dalam Islam, mencerminkan pemeliharaan diri sebagai amanah. Penggunaan bahan-bahan alami untuk perawatan kulit memiliki sejarah panjang dalam tradisi Muslim, dan buah bidara termasuk di antara bahan-bahan yang diyakini memiliki khasiat positif.
- Sifat Anti-inflamasi dan Antioksidan
Kandungan senyawa anti-inflamasi dalam bidara berpotensi meredakan peradangan pada kulit, seperti yang disebabkan oleh jerawat atau eksim. Selain itu, antioksidan dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas, yang dapat menyebabkan penuaan dini dan masalah kulit lainnya.
- Penggunaan Tradisional dalam Perawatan Kulit
Secara tradisional, daun bidara yang ditumbuk halus atau air rebusan buah bidara digunakan sebagai masker wajah atau toner. Praktik ini bertujuan untuk membersihkan kulit, mengurangi minyak berlebih, dan memberikan efek menenangkan. Penggunaan ini seringkali didasarkan pada pengalaman empiris dan keyakinan akan khasiat alami bidara.
- Potensi dalam Mengatasi Masalah Kulit Tertentu
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa ekstrak bidara mungkin efektif dalam mengatasi masalah kulit tertentu, seperti jerawat dan infeksi jamur. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efek ini dan menentukan dosis yang aman dan efektif.
- Kaitan dengan Konsep Kebersihan dalam Islam
Perawatan kulit dengan bahan-bahan alami seperti bidara sejalan dengan konsep kebersihan dalam Islam. Menjaga kebersihan dan kesehatan kulit dianggap sebagai bagian dari menjaga diri sebagai hamba Allah yang baik. Penggunaan bahan-bahan yang halal dan alami juga mencerminkan prinsip keberkahan dalam segala aspek kehidupan.
Penggunaan buah bidara dalam perawatan kulit mencerminkan harmoni antara tradisi, keyakinan, dan upaya menjaga kesehatan diri. Meskipun penelitian ilmiah terus berkembang, praktik ini tetap relevan dalam konteks budaya dan spiritualitas Islam, sebagai bagian dari upaya menjaga amanah tubuh yang diberikan oleh Allah.
Memperkuat daya tahan tubuh
Dalam konteks tradisi Islam, menjaga kesehatan dan kekuatan fisik dipandang sebagai wujud syukur atas nikmat yang diberikan Allah. Memperkuat daya tahan tubuh, atau sistem kekebalan, memiliki kaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang diyakini memiliki khasiat tertentu, termasuk buah bidara. Keyakinan ini bersumber dari pemahaman bahwa Allah menciptakan berbagai elemen alam dengan manfaat yang beragam bagi manusia.
Buah bidara, dengan kandungan nutrisi dan senyawa aktif di dalamnya, dipercaya dapat memberikan dukungan bagi sistem imun. Beberapa komponen yang terkandung dalam buah ini, seperti vitamin C dan antioksidan, diketahui berperan dalam meningkatkan fungsi sel-sel kekebalan tubuh dan melindungi tubuh dari radikal bebas yang dapat melemahkan sistem imun. Meskipun penelitian ilmiah mengenai efek langsung buah bidara terhadap daya tahan tubuh masih terbatas, penggunaan tradisionalnya dalam berbagai pengobatan dan praktik kesehatan mencerminkan keyakinan akan potensinya.
Selain aspek nutrisi, konsep keberkahan dalam Islam juga dapat dikaitkan dengan pemanfaatan buah bidara. Mengonsumsi makanan atau minuman yang halal dan thayyib (baik) diyakini dapat memberikan dampak positif tidak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kesehatan spiritual. Dengan demikian, mengonsumsi buah bidara sebagai bagian dari pola makan yang seimbang dapat dianggap sebagai upaya menjaga kesehatan secara holistik, yang meliputi aspek fisik, mental, dan spiritual.
Penting untuk dicatat bahwa pemanfaatan buah bidara untuk memperkuat daya tahan tubuh sebaiknya dilakukan dengan bijak dan seimbang. Konsultasi dengan ahli gizi atau profesional medis tetap diperlukan, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu atau yang sedang menjalani pengobatan. Dengan menggabungkan pengetahuan tradisional dengan pendekatan ilmiah yang modern, potensi manfaat buah bidara dapat dioptimalkan dalam upaya menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Tips Pemanfaatan Buah Ziziphus Mauritiana Sesuai Ajaran Islam
Pemanfaatan sumber daya alam, termasuk buah bidara, selaras dengan ajaran Islam yang mendorong pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Berikut adalah beberapa panduan dalam memanfaatkan buah ini secara bijak dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam:
Tip 1: Niat yang Tulus dan Ikhlas
Setiap tindakan, termasuk mengonsumsi atau menggunakan buah bidara untuk tujuan kesehatan atau spiritual, hendaknya diawali dengan niat yang tulus karena Allah. Mengharapkan ridha Allah dalam setiap upaya akan memberikan keberkahan dan manfaat yang lebih besar.
Tip 2: Memastikan Kehalalan dan Kebersihan
Pastikan buah bidara yang dikonsumsi atau digunakan berasal dari sumber yang halal dan terpercaya. Proses pengolahan atau penyajiannya juga harus memperhatikan kebersihan dan sanitasi, sesuai dengan prinsip-prinsip kebersihan dalam Islam.
Tip 3: Moderasi dan Keseimbangan
Dalam mengonsumsi buah bidara, hindari sikap berlebihan atau ekstrem. Konsumsilah secara moderat sebagai bagian dari pola makan yang seimbang dan beragam. Jangan mengandalkan buah ini sebagai satu-satunya sumber kesehatan atau penyembuhan.
Tip 4: Menggabungkan dengan Upaya Medis yang Tepat
Jika memanfaatkan buah bidara untuk tujuan pengobatan, tetaplah berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis yang kompeten. Pengobatan tradisional dengan bahan alami seperti bidara dapat menjadi pelengkap, namun tidak boleh menggantikan perawatan medis yang profesional.
Tip 5: Berserah Diri kepada Allah (Tawakal)
Setelah melakukan upaya yang maksimal dalam memanfaatkan buah bidara, serahkanlah hasil akhirnya kepada Allah. Keyakinan bahwa kesembuhan dan keberkahan berasal dari Allah akan memberikan ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi segala situasi.
Dengan mengikuti panduan ini, pemanfaatan buah bidara dapat menjadi bagian dari upaya menjaga kesehatan dan kesejahteraan secara holistik, selaras dengan nilai-nilai dan ajaran Islam.
Bukti Ilmiah dan Studi Kasus
Penelitian mengenai potensi khasiat buah bidara terus berkembang, meskipun masih memerlukan kajian lebih mendalam. Beberapa studi laboratorium telah mengidentifikasi adanya senyawa bioaktif dalam buah ini yang memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan antimikroba. Studi-studi ini umumnya dilakukan secara in vitro (di dalam tabung reaksi) atau pada hewan percobaan, sehingga hasilnya belum dapat secara langsung diterapkan pada manusia.
Salah satu studi yang relevan meneliti efek ekstrak buah bidara terhadap pertumbuhan bakteri patogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri, termasuk Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Studi lain meneliti efek antioksidan buah bidara dalam melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak buah ini mampu mengurangi stres oksidatif dan mencegah kerusakan seluler.
Meskipun studi-studi tersebut memberikan indikasi positif, penting untuk dicatat bahwa masih terdapat keterbatasan dalam metodologi dan cakupan penelitian. Sebagian besar studi masih bersifat awal dan memerlukan validasi lebih lanjut melalui uji klinis pada manusia. Selain itu, dosis dan cara pemberian ekstrak buah bidara dalam studi-studi tersebut mungkin berbeda dengan cara konsumsi buah bidara secara tradisional, sehingga sulit untuk membandingkan hasilnya secara langsung.
Oleh karena itu, penting untuk bersikap kritis dan berhati-hati dalam menafsirkan bukti ilmiah yang ada mengenai potensi manfaat buah bidara. Diperlukan penelitian yang lebih komprehensif dan terstandarisasi untuk mengkonfirmasi klaim-klaim yang beredar dan menentukan dosis yang aman dan efektif. Masyarakat diimbau untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsi atau menggunakan buah bidara untuk tujuan pengobatan, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan.