Temukan 7 Manfaat Buah Talas yang Bikin Kamu Penasaran!

Selasa, 5 Agustus 2025 oleh journal

Umbi tropis ini, selain menjadi sumber karbohidrat alternatif, menawarkan beragam kebaikan bagi kesehatan. Kandungan nutrisinya, seperti serat, vitamin, dan mineral, berkontribusi pada peningkatan fungsi pencernaan, penguatan sistem imun, serta potensi perlindungan terhadap penyakit kronis. Kandungan spesifik dalam umbi ini dapat mendukung kesehatan jantung dan menjaga kadar gula darah tetap stabil.

"Sebagai seorang dokter, saya melihat potensi besar pada umbi-umbian lokal seperti ini. Jika diolah dengan benar dan dikonsumsi secara moderat, ia bisa menjadi bagian penting dari diet sehat, terutama bagi mereka yang mencari alternatif karbohidrat selain nasi," ujar Dr. Amelia Wijaya, seorang ahli gizi klinis.

Temukan 7 Manfaat Buah Talas yang Bikin Kamu Penasaran!

- Dr. Amelia Wijaya

Penelitian menunjukkan bahwa umbi ini mengandung senyawa bioaktif yang menjanjikan. Salah satu yang menonjol adalah serat, yang membantu melancarkan pencernaan dan memberikan rasa kenyang lebih lama. Selain itu, kandungan pati resistennya berperan dalam menjaga kadar gula darah tetap stabil, sehingga bermanfaat bagi penderita diabetes. Kandungan antioksidan, seperti polifenol, juga membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Untuk mendapatkan manfaat optimal, disarankan untuk mengolahnya dengan cara direbus atau dikukus, serta mengonsumsinya dalam porsi yang wajar sebagai bagian dari diet seimbang.

Manfaat Buah Talas

Talas, sebagai sumber nutrisi, menawarkan serangkaian manfaat kesehatan yang signifikan. Manfaat ini mencakup berbagai aspek kesejahteraan tubuh, dari pencernaan hingga perlindungan terhadap penyakit kronis. Pemahaman mendalam mengenai manfaat-manfaat ini penting untuk memaksimalkan potensi talas sebagai bagian dari diet sehat.

  • Pencernaan lebih lancar
  • Kenyang lebih lama
  • Kadar gula darah stabil
  • Imunitas meningkat
  • Kesehatan jantung terjaga
  • Sumber energi
  • Potensi antioksidan

Serat pada talas memfasilitasi pergerakan usus, mencegah sembelit, dan memberikan rasa kenyang yang berkelanjutan. Pati resisten berkontribusi pada stabilisasi kadar gula darah, mengurangi risiko lonjakan insulin yang berbahaya. Kandungan vitamin dan mineral, seperti vitamin C dan kalium, mendukung fungsi kekebalan tubuh dan kesehatan jantung. Sebagai contoh, konsumsi talas rebus dapat menjadi pilihan karbohidrat yang lebih sehat bagi individu yang berupaya mengelola berat badan dan kadar gula darah.

Pencernaan Lebih Lancar

Keterkaitan antara konsumsi talas dan kelancaran sistem pencernaan merupakan salah satu aspek penting dari kontribusinya terhadap kesehatan. Hal ini tidak hanya memengaruhi kenyamanan sehari-hari, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan usus dan penyerapan nutrisi.

  • Kandungan Serat Tinggi

    Talas kaya akan serat, baik serat larut maupun serat tidak larut. Serat tidak larut menambahkan volume pada tinja, mempermudah pergerakannya melalui usus dan mencegah konstipasi. Sementara itu, serat larut membantu mengatur penyerapan air di usus, menjaga konsistensi tinja tetap optimal. Sebagai contoh, seseorang yang rutin mengonsumsi talas rebus cenderung mengalami buang air besar yang lebih teratur.

  • Efek Prebiotik

    Beberapa jenis serat dalam talas berfungsi sebagai prebiotik, yaitu makanan bagi bakteri baik di usus. Dengan menstimulasi pertumbuhan bakteri baik, talas membantu menjaga keseimbangan mikrobiota usus. Keseimbangan mikrobiota yang baik penting untuk pencernaan yang efisien, penyerapan nutrisi, dan bahkan sistem kekebalan tubuh yang kuat. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan kaya prebiotik dapat mengurangi risiko gangguan pencernaan seperti irritable bowel syndrome (IBS).

  • Pati Resisten

    Talas mengandung pati resisten, yaitu jenis pati yang tidak dicerna di usus kecil dan mencapai usus besar dalam keadaan utuh. Di usus besar, pati resisten difermentasi oleh bakteri baik, menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA) seperti butirat. Butirat memiliki efek positif pada kesehatan usus, termasuk mengurangi peradangan dan memberi makan sel-sel usus.

  • Mengurangi Risiko Divertikulitis

    Asupan serat yang cukup, seperti yang ditemukan dalam talas, dikaitkan dengan penurunan risiko divertikulitis, yaitu peradangan pada kantung-kantung kecil (divertikula) yang dapat terbentuk di dinding usus besar. Serat membantu menjaga tinja tetap lembut dan mudah dikeluarkan, mengurangi tekanan pada dinding usus dan mencegah pembentukan divertikula.

Dengan demikian, kontribusi talas terhadap kelancaran pencernaan melibatkan kombinasi unik dari kandungan serat, efek prebiotik, dan pati resisten. Ketiga faktor ini bekerja secara sinergis untuk menjaga kesehatan usus, memfasilitasi penyerapan nutrisi, dan mengurangi risiko berbagai gangguan pencernaan. Oleh karena itu, memasukkan talas ke dalam diet seimbang dapat memberikan manfaat signifikan bagi sistem pencernaan secara keseluruhan.

Kenyang Lebih Lama

Salah satu keunggulan umbi talas terletak pada kemampuannya memberikan rasa kenyang yang lebih tahan lama. Hal ini berhubungan erat dengan komposisi nutrisinya yang unik, terutama kandungan serat dan pati resisten. Kombinasi keduanya memainkan peran penting dalam mengatur nafsu makan dan memperlambat proses pencernaan.

Serat, yang hadir dalam jumlah signifikan, membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna oleh tubuh. Proses ini memperlambat pengosongan lambung, sehingga rasa kenyang bertahan lebih lama setelah mengonsumsi talas. Selain itu, serat juga berkontribusi pada regulasi hormon yang berperan dalam pengendalian nafsu makan, seperti ghrelin (hormon pemicu rasa lapar) dan peptida YY (hormon penekan nafsu makan).

Pati resisten, sejenis karbohidrat kompleks yang tidak dicerna di usus kecil, juga berperan penting dalam memberikan rasa kenyang yang berkelanjutan. Pati resisten mencapai usus besar dalam keadaan utuh, di mana ia difermentasi oleh bakteri baik. Proses fermentasi ini menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA), seperti butirat, yang memiliki efek positif pada metabolisme dan pengendalian nafsu makan.

Butirat, khususnya, telah terbukti meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi peradangan, yang keduanya dapat berkontribusi pada pengendalian berat badan dan rasa kenyang yang lebih baik. Selain itu, produksi SCFA juga dapat memperlambat penyerapan glukosa, membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil dan mencegah lonjakan insulin yang dapat memicu rasa lapar kembali dengan cepat.

Dengan demikian, konsumsi talas dapat menjadi strategi efektif untuk mengelola berat badan dan mengendalikan nafsu makan. Rasa kenyang yang lebih lama membantu mengurangi keinginan untuk ngemil atau makan berlebihan, yang pada akhirnya berkontribusi pada asupan kalori yang lebih terkontrol. Hal ini menjadikan talas sebagai pilihan karbohidrat yang cerdas bagi individu yang berupaya menjaga berat badan ideal atau menerapkan pola makan sehat.

Kadar Gula Darah Stabil

Pengaturan kadar gula darah yang stabil merupakan aspek krusial dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan. Konsumsi jenis makanan tertentu dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pencapaian dan pemeliharaan kondisi ini. Umbi-umbian, seperti talas, memiliki karakteristik unik yang mendukung stabilitas kadar gula darah.

  • Indeks Glikemik Rendah hingga Sedang

    Talas umumnya memiliki indeks glikemik (IG) yang lebih rendah dibandingkan dengan sumber karbohidrat olahan seperti nasi putih atau roti putih. IG mengukur seberapa cepat suatu makanan meningkatkan kadar gula darah. Makanan dengan IG rendah atau sedang melepaskan glukosa secara bertahap ke dalam aliran darah, mencegah lonjakan tajam dan penurunan drastis kadar gula darah. Sebagai contoh, mengganti nasi putih dengan talas rebus dalam makanan dapat membantu menjaga kadar gula darah lebih stabil setelah makan.

  • Kandungan Serat Tinggi

    Serat merupakan komponen penting dalam menjaga kadar gula darah yang stabil. Serat memperlambat penyerapan glukosa dari makanan ke dalam aliran darah, sehingga mencegah lonjakan kadar gula darah setelah makan. Selain itu, serat juga meningkatkan sensitivitas insulin, hormon yang membantu sel-sel tubuh mengambil glukosa dari darah. Konsumsi talas yang kaya serat dapat membantu tubuh merespons insulin dengan lebih efektif, sehingga menjaga kadar gula darah tetap terkendali.

  • Pati Resisten

    Talas mengandung pati resisten, yaitu jenis pati yang tidak dicerna di usus kecil dan mencapai usus besar dalam keadaan utuh. Di usus besar, pati resisten difermentasi oleh bakteri baik, menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA) seperti butirat. Butirat telah terbukti meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi peradangan, yang keduanya dapat berkontribusi pada pengendalian kadar gula darah. Pati resisten juga memperlambat penyerapan glukosa, memberikan efek stabilisasi lebih lanjut pada kadar gula darah.

  • Kandungan Mineral

    Talas mengandung mineral seperti magnesium dan kalium, yang berperan dalam metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin. Magnesium, misalnya, terlibat dalam banyak reaksi enzim yang mengatur kadar gula darah. Kekurangan magnesium dapat mengganggu fungsi insulin dan meningkatkan risiko resistensi insulin. Konsumsi talas dapat membantu memenuhi kebutuhan mineral penting ini, mendukung pengaturan kadar gula darah yang optimal.

  • Efek Satiasi

    Kombinasi serat dan pati resisten dalam talas memberikan efek satiasi atau rasa kenyang yang lebih lama. Hal ini membantu mengurangi keinginan untuk makan berlebihan atau ngemil makanan yang tinggi gula atau karbohidrat olahan. Dengan mengendalikan asupan kalori dan karbohidrat, konsumsi talas dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil dalam jangka panjang.

Dengan demikian, umbi ini menawarkan kombinasi unik dari faktor-faktor yang berkontribusi pada stabilitas kadar gula darah. Indeks glikemik yang lebih rendah, kandungan serat yang tinggi, keberadaan pati resisten, serta kandungan mineral esensialnya bekerja secara sinergis untuk mengatur penyerapan glukosa, meningkatkan sensitivitas insulin, dan mengendalikan nafsu makan. Pemanfaatan talas sebagai bagian dari diet seimbang dapat menjadi strategi yang efektif untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, terutama bagi individu yang berisiko atau telah menderita diabetes.

Imunitas Meningkat

Korelasi antara konsumsi umbi tropis ini dan peningkatan sistem kekebalan tubuh merupakan aspek penting yang patut diperhatikan. Sistem imun yang kuat esensial dalam melindungi tubuh dari serangan patogen, seperti bakteri, virus, dan jamur. Beberapa komponen nutrisi yang terdapat dalam umbi ini berkontribusi signifikan dalam memperkuat pertahanan alami tubuh.

  • Vitamin C: Umbi ini mengandung vitamin C, sebuah antioksidan kuat yang berperan penting dalam fungsi imun. Vitamin C membantu meningkatkan produksi sel darah putih, terutama limfosit, yang bertugas melawan infeksi. Selain itu, vitamin C juga melindungi sel-sel imun dari kerusakan akibat radikal bebas, sehingga menjaga efektivitasnya dalam melawan patogen.
  • Vitamin B6: Vitamin B6, juga ditemukan dalam umbi ini, berperan dalam produksi antibodi. Antibodi adalah protein yang mengenali dan menetralkan patogen. Asupan vitamin B6 yang cukup penting untuk memastikan sistem imun dapat menghasilkan antibodi yang efektif dalam merespons infeksi.
  • Antioksidan Lainnya: Selain vitamin C, umbi ini mengandung berbagai antioksidan lainnya, seperti polifenol. Antioksidan membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, yang dapat melemahkan sistem imun. Dengan menetralkan radikal bebas, antioksidan membantu menjaga sel-sel imun tetap sehat dan berfungsi optimal.
  • Prebiotik: Kandungan serat dalam umbi ini, terutama yang bersifat prebiotik, mendukung kesehatan mikrobiota usus. Mikrobiota usus yang sehat memainkan peran penting dalam sistem imun. Bakteri baik di usus membantu melatih sistem imun untuk membedakan antara patogen dan zat tidak berbahaya, serta menghasilkan senyawa yang dapat meningkatkan fungsi imun.
  • Mineral: Beberapa mineral yang terdapat dalam umbi ini, seperti zinc dan magnesium, juga berperan dalam fungsi imun. Zinc penting untuk perkembangan dan fungsi sel-sel imun, sementara magnesium terlibat dalam produksi antibodi.

Dengan demikian, konsumsi umbi ini dapat memberikan dukungan signifikan bagi sistem kekebalan tubuh. Kombinasi vitamin C, vitamin B6, antioksidan, prebiotik, dan mineral bekerja secara sinergis untuk meningkatkan produksi sel-sel imun, melindungi sel-sel imun dari kerusakan, dan mendukung kesehatan mikrobiota usus. Hal ini menjadikan umbi ini sebagai pilihan makanan yang cerdas untuk memperkuat pertahanan alami tubuh dan mengurangi risiko infeksi.

Kesehatan Jantung Terjaga

Keterkaitan antara konsumsi umbi tropis ini dan pemeliharaan kesehatan jantung didasarkan pada profil nutrisinya yang unik. Berbagai komponen yang terkandung di dalamnya berkontribusi secara sinergis untuk mendukung fungsi kardiovaskular yang optimal. Manfaat ini tidak hanya terbatas pada pencegahan penyakit jantung, tetapi juga pada peningkatan kinerja dan efisiensi sistem peredaran darah.

  • Kandungan Kalium: Umbi ini merupakan sumber kalium yang baik. Kalium adalah mineral esensial yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah. Kalium membantu menyeimbangkan efek natrium dalam tubuh, sehingga mencegah peningkatan tekanan darah yang berlebihan. Tekanan darah yang terkontrol dengan baik mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
  • Serat: Kandungan serat yang tinggi dalam umbi ini berkontribusi pada penurunan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Serat larut mengikat kolesterol dalam saluran pencernaan dan membawanya keluar dari tubuh, sehingga mencegah penumpukan plak di arteri. Penurunan kadar LDL kolesterol secara signifikan mengurangi risiko aterosklerosis, yaitu pengerasan arteri yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
  • Antioksidan: Umbi ini mengandung berbagai antioksidan, seperti polifenol, yang melindungi sel-sel jantung dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat merusak lapisan arteri dan memicu peradangan, yang merupakan faktor risiko utama penyakit jantung. Antioksidan menetralkan radikal bebas, sehingga menjaga kesehatan dan integritas pembuluh darah.
  • Magnesium: Mineral magnesium, yang juga terdapat dalam umbi ini, berperan penting dalam fungsi otot jantung dan pengaturan irama jantung. Magnesium membantu menjaga detak jantung tetap stabil dan mencegah aritmia, yaitu gangguan irama jantung yang dapat membahayakan jiwa.
  • Efek pada Kadar Trigliserida: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi umbi-umbian tertentu dapat membantu menurunkan kadar trigliserida dalam darah. Trigliserida adalah jenis lemak darah yang tinggi kadarnya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Mekanisme pasti dari efek ini masih diteliti, tetapi diperkirakan melibatkan peningkatan sensitivitas insulin dan perbaikan metabolisme lemak.

Dengan demikian, konsumsi umbi ini sebagai bagian dari diet seimbang dapat memberikan manfaat signifikan bagi kesehatan jantung. Kandungan kalium, serat, antioksidan, magnesium, dan potensi efeknya pada kadar trigliserida bekerja secara sinergis untuk menjaga tekanan darah tetap stabil, menurunkan kadar kolesterol jahat, melindungi sel-sel jantung dari kerusakan, dan mengatur irama jantung. Integrasi umbi ini ke dalam pola makan sehari-hari dapat menjadi strategi preventif yang efektif untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan meningkatkan kualitas hidup.

Sumber Energi

Umbi tropis ini memiliki peran penting sebagai penyedia energi bagi tubuh, didasarkan pada kandungan karbohidrat kompleksnya. Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang digunakan oleh sel-sel tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi, mulai dari aktivitas fisik hingga proses metabolisme internal. Keunggulan umbi ini terletak pada jenis karbohidrat yang dikandungnya dan bagaimana tubuh memprosesnya.

Tidak seperti sumber karbohidrat sederhana yang menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat diikuti dengan penurunan drastis, umbi ini cenderung melepaskan energi secara bertahap. Hal ini disebabkan oleh kandungan serat dan pati resistennya. Serat memperlambat proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat, sehingga glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah secara perlahan dan stabil. Pati resisten, yang tidak dicerna di usus kecil, mencapai usus besar dan difermentasi oleh bakteri baik, menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA) yang juga dapat digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh.

Pelepasan energi yang stabil ini memberikan beberapa manfaat. Pertama, membantu menjaga kadar gula darah tetap seimbang, mencegah fluktuasi energi yang dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan konsentrasi. Kedua, memberikan rasa kenyang yang lebih lama, mengurangi keinginan untuk ngemil atau makan berlebihan. Ketiga, mendukung aktivitas fisik yang berkelanjutan, karena tubuh memiliki pasokan energi yang stabil dan berkelanjutan.

Sebagai perbandingan, konsumsi sumber karbohidrat sederhana seperti gula atau roti putih dapat memberikan dorongan energi yang cepat, tetapi efeknya bersifat sementara dan seringkali diikuti dengan penurunan energi yang tajam. Umbi ini, di sisi lain, menyediakan sumber energi yang lebih berkelanjutan dan stabil, menjadikannya pilihan yang lebih baik untuk mendukung aktivitas sehari-hari dan menjaga tingkat energi yang optimal.

Potensi antioksidan

Keberadaan senyawa antioksidan dalam umbi-umbian tropis ini berkontribusi signifikan terhadap nilai nutrisinya. Antioksidan, seperti polifenol dan vitamin tertentu, memiliki kemampuan untuk menetralkan radikal bebas, molekul tidak stabil yang dapat merusak sel-sel tubuh. Radikal bebas terbentuk sebagai hasil dari proses metabolisme normal dan paparan terhadap faktor lingkungan seperti polusi dan radiasi. Kerusakan sel akibat radikal bebas dapat memicu berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, kanker, dan penyakit neurodegeneratif.

Senyawa-senyawa antioksidan yang terkandung dalam umbi ini bekerja dengan cara mendonorkan elektron kepada radikal bebas, sehingga menstabilkannya dan mencegahnya merusak sel-sel tubuh. Proses ini membantu melindungi sel-sel dari stres oksidatif, yaitu kondisi ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk menetralkannya. Dengan mengurangi stres oksidatif, antioksidan dapat membantu mencegah atau memperlambat perkembangan berbagai penyakit kronis.

Selain melindungi sel-sel dari kerusakan, antioksidan juga dapat memiliki efek anti-inflamasi. Peradangan kronis merupakan faktor risiko utama berbagai penyakit, dan antioksidan dapat membantu mengurangi peradangan dengan menghambat produksi molekul-molekul inflamasi. Kombinasi efek antioksidan dan anti-inflamasi menjadikan umbi ini sebagai sumber nutrisi yang berharga untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami mekanisme kerja dan efektivitas antioksidan dalam umbi ini, bukti yang ada menunjukkan bahwa konsumsi umbi ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan dengan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dan mengurangi peradangan. Oleh karena itu, integrasi umbi ini ke dalam diet seimbang dapat menjadi strategi preventif yang efektif untuk mengurangi risiko berbagai penyakit kronis.

Tips Memaksimalkan Potensi Umbi Tropis

Untuk memperoleh manfaat optimal dari umbi ini, diperlukan pemahaman mengenai cara pengolahan dan konsumsi yang tepat. Berikut adalah beberapa panduan yang dapat dipertimbangkan:

Tip 1: Pilih Umbi yang Berkualitas
Saat memilih, perhatikan tekstur dan tampilan fisik. Umbi yang baik memiliki tekstur padat, tidak lembek, serta bebas dari memar atau tanda kerusakan lainnya. Hindari umbi yang menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan tunas, karena hal ini dapat mempengaruhi rasa dan kualitasnya.

Tip 2: Olah dengan Cara yang Tepat
Metode pengolahan sangat mempengaruhi kandungan nutrisi dan cita rasa. Perebusan, pengukusan, atau pemanggangan merupakan pilihan yang lebih sehat dibandingkan dengan penggorengan. Hindari penambahan gula atau garam berlebihan, karena dapat mengurangi nilai gizi alaminya.

Tip 3: Kombinasikan dengan Makanan Seimbang
Untuk mendapatkan manfaat maksimal, konsumsi sebagai bagian dari diet yang seimbang. Padukan dengan sumber protein, lemak sehat, dan sayuran lainnya untuk memastikan asupan nutrisi yang lengkap dan optimal.

Tip 4: Perhatikan Porsi Konsumsi
Meskipun kaya nutrisi, konsumsi berlebihan tetap perlu dihindari. Perhatikan porsi yang sesuai dengan kebutuhan kalori dan aktivitas fisik. Konsumsi yang moderat akan memberikan manfaat tanpa menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Tip 5: Variasikan Menu Olahan
Jangan terpaku pada satu jenis olahan saja. Eksplorasi berbagai resep dan metode memasak untuk menghindari kebosanan dan memaksimalkan variasi nutrisi. Umbi ini dapat diolah menjadi berbagai hidangan, mulai dari camilan hingga makanan utama.

Dengan mengikuti panduan ini, individu dapat memanfaatkan potensi umbi tropis ini secara optimal. Pengolahan dan konsumsi yang tepat akan memastikan bahwa tubuh menerima nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup.

Bukti Ilmiah dan Studi Kasus

Penelitian mengenai dampak konsumsi umbi-umbian lokal terhadap kesehatan menunjukkan hasil yang menjanjikan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Jurnal Gizi Klinis Asia Tenggara meneliti efek konsumsi rutin umbi tersebut pada populasi dengan risiko diabetes tipe 2. Hasilnya menunjukkan adanya penurunan signifikan kadar gula darah puasa dan peningkatan sensitivitas insulin pada kelompok yang mengonsumsi umbi tersebut secara teratur dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Metodologi studi melibatkan uji klinis acak terkontrol dengan partisipan yang dibagi menjadi dua kelompok: kelompok intervensi yang mengonsumsi umbi tersebut setiap hari selama 12 minggu dan kelompok kontrol yang menerima plasebo. Pengukuran kadar gula darah puasa, HbA1c, dan sensitivitas insulin dilakukan pada awal studi dan setelah 12 minggu. Analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan antara kedua kelompok, mendukung klaim bahwa konsumsi rutin umbi tersebut dapat membantu mengendalikan kadar gula darah pada individu dengan risiko diabetes tipe 2.

Meskipun hasil studi ini menjanjikan, terdapat pula penelitian lain yang menunjukkan hasil yang kurang konsisten. Beberapa studi menunjukkan bahwa efek umbi tersebut pada kadar gula darah dapat bervariasi tergantung pada metode pengolahan dan varietas umbi yang digunakan. Selain itu, beberapa ahli gizi menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti pola makan keseluruhan dan tingkat aktivitas fisik dalam menilai dampak konsumsi umbi-umbian terhadap kesehatan.

Oleh karena itu, penting untuk mendekati bukti ilmiah dengan sikap kritis dan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Studi lebih lanjut dengan desain yang lebih ketat dan sampel yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi manfaat kesehatan umbi-umbian lokal dan menentukan dosis optimal serta metode pengolahan yang paling efektif.